Tulisan itu sebuah karya yang terkadang dipandang sebelah mata oleh mereka yang tidak mengerti betapa indahnya menulis

Senin, 15 Maret 2010

Ketika Seorang Anak Harus Memilih

Oke, just share…

Siapa sih anak yang ga sayang sama orang tuanya? Saya rasa ga ada. Sebenci-bencinya seorang anak. Sedendam-dendamnya seorang anak sama orang tuanya, pasti di dalam hatinya mereka sangat sayang sama orang tuanya. Contoh yang lagi hangat sekarang adalah Juwita, anaknya Annisa Bahar. Setelah sekian lama, dan setelah apa yang dulu pernah dia utarain di tivi, tetep kan kalo ada apa2 larinya kesiapa lagi? Dia pulang ke ibunya.

Oke, itu salah satu contoh aja. Tapi yang ingin saya bahas disini adalah, ketika seorang anak diperebutkan oleh kedua orangtuanya ataupun ketika si anak harus memilih diantara kedua orangtuanya. Apakah setiap anak dapat melakukannya?

Dengan berbagai kondisi, dan berbagai cara, kedua kubu antara ayah dan ibu yang ingin anaknya ada dibawah asuhan mereka saling bersaing. Keduanya saling memperebutkan hati si anak dengan beribu2 cara. Mengiming-ngimingi anak dengan kesenangan, harta, ato kebahagiaan yang tulus. Apapun pasti akan dilakukan demi memperebutkan hati si anak.

Tapi apakah mereka berpikir? Apakah mereka memahami? Apakah mereka menyadari? Bahwa anaknya merasa tersiksa. Bahwa anaknya merasa tertekan dengan keadaan yang tidak henti-hentinya menyudutkan dirinya. Bahwa anaknya terluka diperebutkan oleh kedua orang yang sangat ia cintai di dunia ini. Bahwa anaknya menangis berada ditengah-tengah situasi yang tidak pernah setitikpun dibayangkan oleh si anak.

Kondisi yang menyudutkan si anak, dengan kata lain, secara tidak langsung si anak hanya berada di antara dua pilihan. Memang bisa saja terjadi tanpa disengaja dan disadarai oleh orang tuanya. Contohnya, si anak yang sedang bersekolah dikota ayahnya. Namun, tetap tinggal sendiri alias kos. Lalu, ketika si anak ingin pulang ke kota asalnya bertemu dengan ibunya untuk sekedar melepas rindu sesaat. Si ayah mengiming2 jika si anak tidak pulang maka akan dibawa liburan. Dan kebetulan si anak ingin pulang masih di hari sekolahnya. Si anak berat untuk memutuskan, si anak ingin pulang, tapi dia masih harus sekolah. Tapi jika tidak pulang si anak takut di sangka memilih ayahnya oleh ibunya. Jika pulang, takut ayahnya pun berpikir hal yang sama. walau memang si anak dibesarkan oleh ibunya. Tapi tetap si anak berusaha untuk tidak menyakiti siapapun. Tapi justru dengan itu, si anak yang tersakiti hatinya.

Lalu, jika ini terjadi, apa yang semestinya dilakukan oleh si anak? Karena, jangankan untuk berbicara dengan kedua orangtuanya. Belum apa-apa saja orangtuanya pasti sudah bertengkar walau tidak dengan langsung. Bahkan terkadang, kedua orantuanya tidak mau berkomunikasi secara langsung untuk membicarakan masalah anak-anaknya ini. Tapi justru melalui perantara dan perantara ini adalah si anak. Pernahkah terpikir ini menjadi tekanan jiwa bagi si anak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar